Jual sapi jumbo – Lumpy Skin Disease (LSD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari keluarga Poxviridae. Penyakit ini ditandai dengan munculnya benjolan pada kulit sapi, terutama pada bagian leher, punggung, dan perut. LSD bukan penyakit zoonosis, namun infeksi LSD dapat menurunkan performa produksi dan reproduksi pada sapi dan kerbau air yang menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan dalam berbagai aspek di antaranya penurunan produksi susu, penurunan berat badan, abortus, dan infertilitas hingga kematian.
Penyakit ini pertama kali ditemukan di Afrika pada tahun 1929 dan menjadi endemis. Penyakit ini kemudian menyebar ke berbagai negara termasuk Timur tengah, Eropa, dan Asia. Di Indonesia, penyakit LSD masih jarang dilaporkan keberadaannya, namun belakangan ini beberapa laporan terkait dengan penyakit LSD pada sapi mulai bermunculan.
Ciri-ciri sapi yang terjangkit penyakit LSD adalah kulitnya terdapat bentol-bentol, gatal dan bernanah. Jika hewan sapi sudah memiliki ciri-ciri seperti itu artinya sapi tersebut terjangkit penyakit LSD. Penularannya penyakit LSD sendiri sangat cepat.
Penyebab Penyakit LSD pada Sapi
Penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada sapi disebabkan oleh virus LSD dari genus Capripox, famili Poxviridae. Virus ini adalah virus double stranded deoxy-ribo nucleic acid (DNA), memiliki lipid envelope, dan bereplikasi pada sitoplasma. Virus LSD terdiri dari 150 kilobase pairs, dengan diameter berkisar 230–260 nm.
Virus LSD atau LSDV ini memiliki virulensi yang tinggi, sehingga dapat menyebar dengan cepat antara satu hewan ke hewan yang lain. Virus ini menyebar melalui gigitan serangga seperti nyamuk dan lalat. Sapi yang terinfeksi akan mengalami periode inkubasi selama 5-14 hari sebelum timbul gejala.
Virus LSD sensitif terhadap suhu 55°C selama 2 jam atau 65°C selama 30 menit. Virus ini juga peka terhadap pH basa atau asam, namun stabil pada pH 6,6 hingga pH 8,6 selama 5 hari pada suhu 37°C. Induk semang utama untuk penyakit LSD adalah sapi Bos taurus dan Bos indicus. Spesies lain seperti impala, dan kerbau juga dapat terinfeksi LSDV.
Gejala Penyakit LSD pada Sapi
Gejala klinis penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada sapi meliputi:
Demam mencapai 41,5°C.
Nafsu makan menurun.
Produksi susu menurun.
Ingusan.
Konjungtivitis.
Hipersalivasi.
Depresi.
Pembengkakan limfoglandula subscapularis dan limfoglandula prefemoral.
Terdapat nodul pada kulit yang berbatas, jelas, dan menonjol dengan diameter 2-5 cm.
Pada sapi jantan, LSD dapat menyebabkan infertilitas permanen atau sementara. Selain itu, sapi yang terinfeksi LSD juga dapat mengalami lesu, dan mengalami penurunan produksi susu.
Pengobatan Penyakit LSD pada Sapi
Pengobatan penyakit LSD pada sapi biasanya melibatkan penggunaan vaksin untuk mencegah penyebaran penyakit. Namun, pengobatan ini tidak selalu efektif dan dapat menyebabkan efek samping. Oleh karena itu, pencegahan adalah langkah terbaik dalam mengendalikan penyakit ini. Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan peternakan dan melakukan vaksinasi secara rutin.
Baca juga Tips Memilih Pakan Ternak Sapi Berkualitas dan Sehat
Persebaran Penyakit LSD pada Sapi
Persebaran penyakit LSD pada sapi terjadi melalui berbagai cara. Salah satunya adalah melalui kontak langsung antara hewan yang terinfeksi dengan hewan yang sehat. Selain itu, penyakit ini juga dapat menyebar melalui serangga penghisap darah seperti nyamuk dan lalat yang menjadi vektor penyakit. Penyakit ini telah menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Afrika, Timur Tengah, Eropa, dan Asia. Di Indonesia, kasus penyakit LSD masih jarang dilaporkan, namun beberapa kasus telah mulai muncul belakangan ini.
Lumpy Skin Disease adalah penyakit yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi peternakan sapi. Penyakit ini disebabkan oleh virus LSD yang memiliki virulensi tinggi dan dapat menyebar dengan cepat. Gejala penyakit ini meliputi demam, penurunan nafsu makan, penurunan produksi susu, dan munculnya nodul pada kulit. Pengobatan penyakit ini biasanya melibatkan penggunaan vaksin, namun pencegahan melalui menjaga kebersihan lingkungan peternakan dan melakukan vaksinasi secara rutin adalah langkah terbaik dalam mengendalikan penyakit ini. Penyakit ini telah menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, dan kasus-kasus baru telah mulai muncul belakangan ini. Oleh karena itu, pengetahuan tentang penyakit ini sangat penting bagi peternak sapi untuk mencegah penyebaran penyakit ini dan mengurangi kerugian yang ditimbulkannya.